Air merupakan media pertama yang digunakan untuk
bersesuci dari hadats maupun najis. Dalam kitab kitab fiqih kajian seputar air
hanya membahas dua hal; yaitu jenis air dan hukum penggunaannya.
Hasil analisa yang dilakukan oleh ulama ahli fiqih
menyimpulkan bahwa dilihat dari segi jenisnya air ada tujuh macam yaitu air
hujan, air laut, air sungai, air sumur, air embun, air salju, dan mata air. Secara
ringkas tujuh jenis air ini dapat diketakan sebagai air yang turun dari langit
dan air yang menggenang dibumi.
Selanjutnya ulama ahli fiqih menganalisa air dari segi
sifatnya yang pada gilirannya melahirkan pembagian lain yang jumlahnya ada
empat yaitu air mutlak, musta’mal, musyamas, dan air mutanajis.
Air Mutlak
Dalam kitab Kifayatul Akhyar 1/12 air mutlak adalah air
yang tidak memiliki nama yang tetap. Hukum air mutlak adalah suci dan dapat
digunakan untuk bersesuci. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Huroiroh sebagaiberikut:
قام أعرابي فبال في المسجد،
فقام إليه الناس ليقعوا به، فقال النبي صلى الله عليه وسلم:
دَعُوهُ وهَريقوا عَلى بَوْلِه سَجْلاً مِن مَاء - أو: ذَنوبا مِنْ مَاءْ -
Artinya:
seorang a’robi (orang kampung) berdiri dan kencing di dalam masjid. Kemudian orang-orang
berdiri dan mencegahnya. (melihat kejadian itu) Nabi SAW bersabda: “Biarkanlah
orang itu dan siramlah air kencingnya menggunakan ember yang penuh dengan air”
(HR. Bukhori 1/54 {220}; Sunan Nasa’i 1/48 {56} ; Musnad Ahmad 2/282 {7799} ;
Sunan Baihaqi 2/268 {4410}.
Air Musta’mal
Jika diterjemahkan maka musta’mal berarti telah
digunakan. Namun yang dikehendaki musta’mal disini bukan semua air yang telah
digunakan melainkan hanya air yang telah digunakan untuk bersesuci baik dari
hadats maupun najis.
Hukum air musta’mal adalah suci tetapi tidak bisa
digunakan untuk bersesuci dari hadats maupun najis. Jika air musta’mal
digunakan untuk bersesuci maka hukumnya tidak sah kecuali jika kadar air
musta’mal telah mencapai dua kulah atau lebih.
Dalil bahwa air musta’mal itu suci adalah hadita nabi
yang tertera dalam kitab bukhori sebagaiberikut:
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ
قَالَ سَمِعْتُ جَابِرًا يَقُولُ جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَعُودُنِي وَأَنَا مَرِيضٌ لَا أَعْقِلُ فَتَوَضَّأَ وَصَبَّ عَلَيَّ
مِنْ وَضُوئِهِ
Artinya:
“Dari Muhammad Bin Munkadir dia berkata saya mendengar Jabir berkata :
Rosululloh SAW menjenguk ku saat aku sakit kemudian beliau wudhu dan
menyiramkan air wudhunya pada ku.” (Bukhori 1/113 {194} ; Baghowi; Syarah Sunah
8/336 {2219}).
Seandainya
air Air Musta’mal niscaya Rosululloh SAW tidak akan menyiramkan
air bekas wudhu beliau.
Sementara dalil bahwa air musta’mal tidak mensucikan adalah hadits berikut:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- « لاَ يَغْتَسِلُ أَحَدُكُمْ فِى الْمَاءِ الدَّائِمِ وَهُوَ جُنُبٌ »
Artinya:
Rosululloh SAW bersabda janganlah salah satu kalian mandi di air yang diam
dalam keadaan junub. (HR. Muslim 1/163 {684} ; Sunan Ibnu Majjah 1/382 {608} ;
Ibnu Hibban 4/62 {1252} ; Nasa’i 1/124 {220).
Larangan
ini menunjukan bahwa Air Musta’mal tidak bisa mensucikan. Sebab seandainya
air musta’mal mensucikan niscaya Rosululloh SAW tidak melarang.
Air
Musyamas
Air
Musyamas adalah air panas yang disebabkan oleh sinar
matahari. Hukum menggunakannya adalah makruh.
Terkait hal ini Imam Syafii dalam kitab al-umm
meriwayatkan sebuah atsar sebagai
berikut:
أَنَّ عُمَرَ كان يَكْرَهُ
الاِغْتِسَالَ بِالْمَاءِ الْمُشَمَّسِ وقال إنَّهُ يُورِثُ الْبَرَصَ
Artinya:
“Sesungguhnya Umar memakruhkan mandi menggunakan Air Musyamas dan dia
berkata sesungguhnya Air Musyamas dapat mengakibatkan pernyakit baros.”
{Al-Umm 1/3}.
Air Mutanajis
Dilihat dari segi kadarnya air terbagi menjadi dua yaitu
air sedikit dan air banyak. Air sedikit adalah air yang kurang dari dua kulah
sedangkan air banyak adalah air yang mencapai dua kullah atau lebih.
Ketika air sedikit tercampuri najis maka seketika ia
menjadi mutanajis. Berbeda dengan air banyak. Air banyak menjadi mutanajis
adalah jika salah satu dari tiga unsur sifatnya yaitu warna, bau dan rasanya
berubah.
Dalil
bahwa air sedikit menjadi najis bila terkena najis adalah sebuah hadits dari
Ibn Umar bahwa Rosululloh SAW bersabda:
إذا كان الماء قلتين لم يحمل الخبث
Artinya:
“Apabila air mencapai dua kullah maka ia tidak najis.” (Sunan Abu Dawud 1/23
{63} ; Sunan Nasa’i 1/91 {50} ; Sunan Kubro 1/261; Tirmidzi 1/123 {67})
Mafhum
mukholafahnya nya, jika air kurang dari dua kullah maka menjadi mutanajis.
Sementara
dalil bahwa air banyak tidak najis ketika terkena najis apabila tidak berubah
adalah ijma. Ibn Mandzur berkata:
أجمعوا أن الماء القليل أو الكثير،
إذا وقعت فيه نجاسة، فغيرت طعماً أو لوناً أو ريحاً، فهو نجس
Artinya:
Ulama sepakat bahwa air sedikit atau air banyak apabila kejatuhan najis
kemudian rasanya, warnanya dan baunya berubah maka air tersebut menjadi najis.
Hukum air mutanajis adalah najis. Karenanya air tersebut
tidak bisa digunakan untuk bersesuci. Sekalipun demikian anda masih bisa
mensucikannya dengan cara memperbanyak kadar air hingga warna, rasa dan baunya
kembali seperti semula.