Air merupakan
sumber kehidupan. Dalam al-quran dijelaskan bahwa Alloh menciptakan segala
sesuatu dari air. Maka wajar jika banyak sekali penderitaan manakala suatu
daerah kekurangan air. Untuk mengatasi masalah ini, islam memberi solusi dengan mengerjakan
sholat istisqo yaitu sholat meminta hujan lengkap dengan caranya.
Sebelum
mengerjakan sholat hendaknya para penduduk berpuasa selama tiga hari. Pada hari
ke empat yaitu setelah selesai puasa mereka pergi ke tanah
lapang dengan menggiring semua binatang ternaknya, dan hendaklah berpakaian
sederhana dan tidak memakai wangi-wangian.
Kemudian shalat
berjama’ah yang dipimpin seorang imam tanpa adzan dan iqomah. Sebelumnya,
di-sunnahkan kepada imam untuk mengumumkan terlebih dahulu pelaksanaan shalat
Istisqa.
Sholat istisqo dilakukan sebanyak dua rokaat. Pada rakaat
pertama imam membaca surat al-’Ala setelah ia membaca surat Al-Fatihah dengan
suara yang nyaring, sedang pada rakaat yang kedua membaca surat
al-Ghasiyah.
Setelah salam, khotib berkhutbah dengan dua khutbah. Terkait khutbah Istisqa, ada perbedaan pendapat dikalangan ulama
kapan waktu yang pelaksanaan khutbah. Sebagian ulama berpendapat, merujuk pada
riwayat Imam Ahmad, bahwasanya imam berkhutbah sebelum shalat Istisqa.
Namun, mayoritas ulama’ di antaranya adalah Malik, Syafii
dan Muhammad bin Hasan dan ini juga riwayat dari Imam Ahmad bin Hambal
mengatakan, khutbah istisqa dilaksanakan setelah shalat. Pada khutbah awal khotib membaca istighfar Sembilan kali, dan
membaca istighfar tujuh kali pada khutbah yang kedua.
Waktu
pelaksanaan shalat istisqa sama seperti shalat hari raya. Ini adalah pendapat
Malikiyah, berdasarkan keterangan dari Aisyah, “Rasulullah saw pergi menunaikan
shalat istisqa ketika tampak penghalang matahari.”
Namun dalam hadits ini bukan membatasi bahwa waktu shalat
istisqa itu hanya seperti keterangan dalam hadits, akan tetapi waktu
pelaksanaan shalat istisqa dapat dikerjakan kapan saja, selain waktu yang
dilarang untuk shalat.